Sunday, January 9, 2011

Refleksi Perkuliahan Psikologi Pembelajaran Matematika

“Refleksi Perkuliahan Psikologi Pembelajaran Matematika”
Psikologi
Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Psikologi merupakan suatu ilmu pengetahuan karena setidaknya memenuhi tiga syarat sebagai suatu disiplin ilmu, yaitu: (1) memiliki obyek studi, (2) memiliki sistematika, dan (3) memiliki metode.
Obyek studi psikologi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (a) obyek studi material yang berupa jiwa/ psikis manusia dan (b) obyek studi formal yang berupa fenomena gejala jiwa manusia. Jiwa bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dipungkiri keberadaannya sehingga psikologi tidak mempelajari jiwa secara langsung melainkan mempelajari ekspresi/ gejala jiwa yang berupa tingkah laku dan proses mental manusia.
Syarat kedua sebagai disiplin ilmu adalah memiliki sistematika. Secara teoritis, sistematika psikologi adalah dengan melihat psikologi sebagai pemikiran ilmiah mengenai ekspresi/ gejala jiwa. Gejala jiwa ini berupa tingkah laku dan proses mental manusia, baik yang tampak maupun yang tidak tampak, baik yang disadari maupun yang tidak disadari.
Selanjutnya, syarat ketiga bagi suatu disiplin ilmu adalah memiliki metode. Metode-metode yang digunakan dalam pengkajian psikologi didasarkan atas metode ilmiah/eksperimental, metode introspeksi, dan sebagainya.
Pada dasarnya, tujuan penciptaan sebuah ilmu di mana-mana sama yaitu untuk mempelajari khazanah ilmu yang ada sambil mengujinya secara terus-menerus dalam realita kehidupan kemudian menemukan persoalan baru dan pemecahan teoritis baru. Dari sini akan diketahui pula fungsi ilmu yang telah tercipta tersebut. Sebagai contoh adalah psikologi. Menurut Wikipedia (2010), psikologi memiliki tiga fungsi sebagai ilmu, yaitu:
1. menjelaskan (explanation), artinya psikologi mampu menjelaskan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil penjelasan berupa deskripsi atau bahasan yang bersifat deskriptif.
2. memprediksikan (prediction), artinya psikologi mampu meramalkan atau memprediksikan apa, bagaimana, dan mengapa tingkah laku itu terjadi. Hasil prediksi berupa prognosa, prediksi, atau estimasi.
3. pengendalian (control), artinya psikologi mengendalikan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Perwujudannya berupa tindakan yang sifatnya prevensi atau pencegahan, intervensi atau treatment, serta rehabilitasi atau perawatan.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai ilmu, psikologi dapat “meminta bantuan” kepada filsafat (philosophy) dan metode ilmiah yang berdasarkan ilmu pengetahuan (scientific method).
Filsafat.
Menurut Wikipedia (2009), filsafat merupakan studi yang mempelajari seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis. Sedangkan menurut Concise Oxford English Dictionary (2001), filsafat dapat diartikan sebagai studi mengenai hakikat dasar dari pengetahuan, realita, dan kehidupan. Filsafat dapat dilakukan dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu, serta akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektik (bentuk dialog).
Scientific method.
Scientific method merupakan suatu cara untuk: (a) mengumpulkan (collect), (b) memperkirakan/ menaksir (average), (c) menganalisa (analyzed), dan kemudian (d) menyimpulkan (concluds) data yang berupapsychopheno (secara bebas dapat diartikan sebagai gambaran atau ekspresi jiwa).

Jika kita ingin mengcover psikologi, kita bisa membuat teori. Psikologi membutuhkan isi sebagai objek material dan wadah sebagai metode. Objek material dibagi menjadi 4: objek yang tampak, tidak tampak, diam, bergerak. Manusia merupakan objek yang sempurna karena manusia mempunyai semua objek material. Oleh karena itu jadilah manusia sesuai hakekatnya jangan menjadi mesin.
Dalam psikologi, kita mengenal istilah karakter atau karakteristik. Karakter atau karakteristik menempel pada apapun tidak terkecuali pada sifat itu sendiri. Jadi karakter atau karakteristik seperti subyek dan predikat dalam sebuah pola kalimat yang baik yang akan selalu ada. Suatu karakteristik sendiri berhubungan dengan karakteristik lain. Tetapi itu wajar selama tidak bermasalah. Tetapi itu akan menjadi masalah jika berubah menjadi motif karena motif akan menjadi aksi. Jadi, kita bisa mengatakan inti dari karakteristik adalah hubungan itu sendiri. Setinggi-tingginya hubungan adalah sama-sama dipikirkan dan diucapkan. Sedangkan setinggi-tingginya religi adalah sama-sama ciptaan tuhan. Karakteristik sendiri dapat berupa single dan compleks.
Ada 3 fase untuk mengcover psikologi: identifikafi fenomena, penjelasan fenomena, mengaplikasikan fenomena. Dengan melakukan identifikasi dan penjelasan fenomena kita dapat membuat teori dan kita bisa menggunakan berbagai metode seperti observasi,dll.

Psikologi Pembelajaran Matematika
objek: pembelajaran matematika.
Matematika termasuk ilmu pengetahuan dan pengetahuan termasuk karakteristik jadi matematika memiliki objek dan metode.
Pada psikologi pembelajaran matematika ini kita mempelajari psikologi siswa dalam belajar matematika. Dan karena psikologi adalah ilmu terapan sehingga kita langsung menerapkannya pada saat mengajar.
Kedudukan psikologi pembelajaran matemtika adalah sebagai pelumas dalam pembelajaran matematika.
Seorang guru matematika harus mengerti tentang psikologi pembelajaran matematika. Itu akan sangat membantu guru untuk mengetahui kemampuan siswa sehingga guru bisa mengeti kebutuhan siswanya karena matematika itu pikiran siswa itu sendiri dan setinggi-tingginya ilmu adalah mengerti kekurangannya, serendah-rendahnya ilmu adalah kesombongan.
Sekarang ini banyak guru di Indonesia yang mengubah dirinya menjadi mesin dalam mengajar. Dalam hal ini yang salah adalah sistemnya sehingga harus diubah. Metode diskusi antara guru dan siswa untuk membahas tentang metode pembelajaran di kelas juga bisa digunakan untuk mengubah pola pembelajaran di kelas. Seorang guru harus bisa mengetahui psikologi anak didiknya untuk mempermudah dalam pembelajaran, guru bisa melakukannya dengan melihat perilaku anak didiknya dan melakukan koordinasi dengna orang tua siswa. Seorang guru juga harus bisa membedakan mana siswa yang sedang belajar atau tidak, dan itu bisa dilakukan dengan melihat gejala kejiwaan yang ditunjukannya (apa yang siswa pikirkan/mind, heart, soul). Seorang guru juga harus melakukan inovasi pembelajaran agar siswa tidak merasa jenuh. Teori yang hakiki sendiri adalah teori yang melampui batas ruang dan waktu.
Menurut Usman (1993:4) belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Lebih lanjut Usman (1993:6) mengungkapkan bahwa mengajar pada prinsipnya adalah membimbing siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Dapat pula dikatakan bahwa mengajar merupakan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran sehingga menimbulkan terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Dalam hal belajar mengajar matematika, perlu diketahui karakteristik matematika. Dengan mengetahui karakteristik matematika, maka seharusnya dapat pula diketahui bagaimana belajar dan mengajar matematika.
Karakteristik matematika yang dimaksud adalah obyek matematika bersifat abstrak, materi matematika disusun secara hirarkis, dan cara penalaran matematika adalah deduktif.
Obyek matematika bersifat abstrak, maka belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi. Demikian pula dalam mengajar matematika guru harus mampu mengabstraksikan obyek-obyek matematika dengan baik sehingga siswa dapat memahami obyek matematika yang diajarkan. Hudoyo (1988:3) menyatakan bahwa belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi. Sehingga dalam mengajar matematika guru harus mampu memberikan penjelasan dengan baik sehingga konsep-konsep matematika yang abstrak dapat dipahami siswa.
Materi matematika disusun secara hierarkis artinya suatu topik matematika akan merupakan prasyarat bagi topik berikutnya. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu topik matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi proses belajar mengajar matematika tersebut. Hudoyo (1988:4) mengungkapkan bahwa karena kehirarkisan matematika itu, maka belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu terjadinya proses belajar. Ini berarti proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar bila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinyu. Karena dalam belajar matematika memerlukan materi prasyarat untuk memahami materi berikutnya, maka dalam mengajar matematika guru harus mengidentifikasikan materi-materi yang menjadi prasyarat suatu topik mata pelajaran matematika.

Budaya Mengajar
Banyak orang yang mengatakan matematika itu susah walaupun belum mencobanya. Sebenarnya itu hanyalah sebuah sugesti yang sudah menjadi lazim. Oleh karena itu, tugas kita adalah bagaimana mengajarkan matematika dengan menyenangkan. Yang harus dingat adalah janganlah mengharapkan menjadi guru yang disegani karena itu bukan tujuan tapi akibat karena tujuan guru sebenarnya adalah membangun pikiran siswa.
Sekarang ini, banyak orang yang menganggap pendidikan adalah suatu kebutuhan tidak terkecuali di Inggris. Bahkan semua tempat umum di Inggris menyediakan fasilitas bagi orang “tidak mampu” seperti lampu merah yang dilengkapi dengan suara yang dapat mengidentifikasi lampu apa yang sedang menyala sehingga orang yang mempunyai masalah dengan penglihatan dapat menyebrang sendiri tanpa bantuan orang lain.
Cara mengajar guru di kelar dibagi menjadi 2:
Single method
Pada metode ini tugas guru adalah menyampaikan materi kepada siswa dengan cara menjelaskan, member contoh, memberi tugas dan pekerjaan rumah (PR). Sehingga siswa akan cepat merasa jenuh.
Various methods
Sedangkan pada metode ini tugas guru adalah sebagai fasilitator yang memfasilitasi semua siswanya mempelajari sesuatu tanpa terkecuali termasuk orang yang “tidak mampu”. Karena orang yang “tidak ammpu” juga mempunyai hak asasi manusia (human rights) termasuk untuk mendapatkan pengajaran (pendidikan). Oleh karena itu, jika seorang guru melakukan kegiatan pedagogik secara ikhlas tanpa tekanan tuntutan profesi (dengan hati) maka pasti hasilnya pun akan bagus.Sekarang ini, various method mulai banyak dikembangkan. Dan itu merupakan hasil penelitian luar negeri.
Sebenarnya antara baik dan buruk, salah dan benar itu terdapat jarak. Seperti pada Ujian Nasional, kita cenderung hanya melihat pada hasilnya saja tetapi proses dibalik itu semua tidak dilihat.Bangsa Indonesia cenderung lebih suka yang lebih cepat tanpa peduli darimana asal mulanya. Hal itu sangat berbeda jauh dengan Jepang. Jepang semenjak bom Hiroshima dan Nagasaki, mereka terus berevolusi dengan kanzen dimana mereka mencontoh bangsa lain dan mengambil yang baik dan bermanfaat lalu mereka menginovasinya. Dengan begitu sekarang Jepang menjadi bangsa yang maju.

Matematika
Matematika sendiri dibagi menjadi 2:
Matematika Formal => Metode Tradisional
Pada metode tradisional yang menjadi pusat perhatian adalah guru dimana guru langsung memegang kendali proses belajar danmentranfer ilmunya kepada siswa. Sehingga guru bersifat aktif sedangkan bersifat pasif. Metode ini bersifat absolutism dimana segala sesuatunya harus benar dan yang salah bukanlah ilmu. Sehingga disini siswa hanya memperoleh ilmu sesuai dengan apa yang gurunya berikan. Metode ceramah sering digunakan pada metode ini sehingga siswa lebih cepat jenuh.
Matematika Sekolah => Metode Modern/ Inovative method.
Pada metode ini yang menjadi pusat perhatian adalah siswa sehingga siswa bersifat aktif, guru hanya sebagai fasilitator yang membantu siswanya membangun pikiran mereka sendiri. Metode ini bersifat relatism dimana kesalahan dianggap wajar atau ditolerir. Karena matematika adalah pikiran siswa. Jadi jika Anda ingin menengok dunia maka lihatlah pikiran Anda sendiri.
Dari kedua keduanya kita tidak bisa mengatakan mana yang lebih baik karena menurut Yaworski “ tidak ada cara terbaik untuk mendidik”.

Mathematical Thinking
Menurut Katagiri (2004), mathematical thinking dibagi menjadi yaitu:
Mathematical Attitudes
Mathematical Methods
Mathematical Contents
Menurut Kaye Stacey (University of Melbourne, Australia), berpikir matematika penting dalam 3 jalan:
Berpikir matematika penting sebagai tujuan dari sekolah,
Untuk dapat berpikir secara matematika dan menggunakan itu untuk menyelesaikan masalah adalah tujuan penting dari sekolah. Karena berpikir matematika akan membantu ilmu pengetahuan,teknologi, ekonomi.
Berpikir matematika penting sebagai jalan belajar matematika.

Berpikir matematika penting untuk mengajar matematika.
Berpikir matematika tidak hanya penting untuk menyelesaikan masalah. Tapi bagaimana untuk membuat pertanyaan pada saat mengajar juga membutuhkan berpikir matematika.contoh:
S: dapatkah membuat persegi?
G: apakah persegi merupakan persegi panjang?
G: apa yang dimaksud persegi?
Dengan membuat pertanyaan melalui berpikir matematika maka guru juga mengajak siswa untuk berpikir matematika dan bersifat kritis.
Paradigma
Setiap orang di dunia ini berbeda. Dua orang yang kembar pun berbeda. Oleh karena itu, paradigma tentang sesuatu antara orang pertama dan kedua juga berbeda. Itu karena perbedaan pikiran. Diantara perbedaan pemikiran tadi terdapat perbedaan konteks. Konteks dibagi 2, sosial dan fisik. Perbedaan faktor sosial seperti strata pada masyarakat dan faktor geografis tempat tinggal. Contoh perbedaan konteks adalah perbedaan waktu siang dan malam.
Pada matematika, paradigma pendidikan matematika sebagai isi dan pendidikan matematika sebagai wadah.
Pada abad ke-18, Aguste Comte (bapak ilmu pengetahuan yang berakhiran .....gi), August Comte berpikir bahawa sebenar-benarnya paradigma adalah


Teknologi

Agama

Filsafat
Tetapi saat paradigma kita bangsa timur adalah
Spiritual

Normatif

Formal

Material
Maka teknologi berada diantara formal dan normatif. Adapun hasil pemikran Aguste Comte bisa dimodifikasi. Tetapi hasil modifikasi itu bisa menjadi “Dajal” dimana suatu sistem yang tidak dikehendaki secara filsafat.







Post Post Modern (power now) abad 19 – sekarang

Post Modern abad 18

Modern abad 17

Feudal

Tradisional

Tribal (suku)

Archaic
Pada hasil modifikasi ini, spiritual berada pada dibawah feudal.
Sebenarnya paradigma setiap siswa mengenai matematika itu berbeda-beda. Karena sebenar-benarnya ilmu adalah pikiran kita sendiri. Oleh karena itu, guru harus tahu pikiran siswanya, dengan begitu guru akan lebih mudah membangun pikiran siswa mengenai matematika dan itu akn tumbuh dengan sendirinya.
Learning Mathematics:
Mathematical Thinking (Katagiri,2004) :
Mathematical Attitudes
Attempting to grasp one’s own problems or objectives or substance clearly, by oneself
Attempting to have questions
Attempting to maintain a problem consciousness
Attempting to discover mathematical problems in phenomena
Attempting to take logical actions
Attempting to take actions that match the objectives
Attempting to establish a perspective
Attempting to think based on the data that can be used, previously learned items, and assumptions
Attempting to express matters clearly and succinctly
Attempting to record and communicate problems and results clearly and succinctly
Attempting to sort and organize objects when expressing them
Attempting to seek better things
Attempting to raise thinking from the concrete level to the abstract level
Attempting to evaluate thinking both objectively and subjectively, and to refine thinking
Attempting to economize thought and effort
Mathematical Methods
Inductive thinking
Analogical thinking
Deductive thinking
Integrative thinking (including expansive thinking)
Developmental thinking
Abstract thinking (thinking that abstracts, concretizes, idealizes, and thinking that clarifies conditions)
Thinking that simplifies
Thinking that generalizes
Thinking that specializes
Thinking that symbolize
Thinking that express with numbers, quantifies, and figures
Mathematical Contents
Clarifying sets of objects for consideration and objects excluded from sets, and clarifying conditions for inclusion (Idea of sets)
Focusing on constituent elements (units) and their sizes and relationships (Idea of units)
Attempting to think based on the fundamental principles of expressions (Idea of expression)
Clarifying and extending the meaning of things and operations, and attempting to think based on this (Idea of operation)
Attempting to formalize operation methods (Idea of algorithm)
Attempting to grasp the big picture of objects and operations, and using the result of this understanding (Idea of approximation)
Focusing on basic rules and properties (Idea of fundamental properties)
Attempting to focus on what is determined by one’s decisions, finding rules of relationships between variables, and to use the same (Functional Thinking)
Attempting to express propositions and relationships as formulas, and to read their meaning (Idea of formulas)
The Nature Of School Mathematics (Ebuth dan Stalen, 1995):
The search of pattern and metodology, and its relationship
Problem solving
Matematika adalah kegiatan problem solving, maka dalam pembelajaran matematika guru perlu menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, membantu siswa memecahakan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika, mendorong siswa untuk berfikir logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem dokumentasi/catatan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan, membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai alat peraga/media pendidikan matematika seperti jangka, kalkulator, dan sebagainya
Investigation
Communication
Phenomenology of Mathematics
Abstract
Ideal
Realistic Mathematics fundamental / PMRI:
Model matematika: matematika vertical dan matematika horizontal
Menurut Hans Freudental matematika merupakan aktivitas insani (human activities) dan harus dikaitkan dengan realita. Dengan demikian ketika siswa melakukan kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua macam matematisasi, yaitu: (1) matematisasi horisontal dan (2) matematisasi vertikal. Matematisasi horisontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika. Proses terjadi pada siswa ketika ia dihadapkan pada problematika yang kehidupan / situasi nyata. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem matematika itu sendiri; misalnya: penemuan strategi menyelesaiakn soal, mengkaitkan hubungan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumus/temuan rumus.
Formal
Konkret
Hakekat belajar matematika:
Individu
Kerjasama
Motivasi
Kontekstual
Aktualisasi diri:
Apakah mungkin bahagia? Dapatkah seseorang mengetahui potensi yang dimilikinya. Jika kita telah menemukan potensi kita, seperti apakah kita? Kita akan menemukan batas kemampuan kita atau kita sebut sebagai aktualisasi diri.
Maslow mempelajari tentang ketidakstabilan seseorang. Hal terbaek dari seseorang adalah shiniti, creativity, and instability. Itu semua adalah kualitas seseorang.
Sekarang pertanyaannya adalah apa yang dimkasud dengan aktualisasi diri?
Aktualisasi diri adalah seseuatu yang simpel dari diri kita. Aktualisasi diri adalah membuat nyata atau aktual. Atau dengan kata lain, untung mengunkapkan ide dari orang tersebut. Seperti mengeluarkan apa yang terbaik dari diri kita dan membawanya keluar. Ini adalah ide bahwa pada sisi terdalam seseorang terdapat potensi diri yang biasanya masalah kehidupan dan perjuangan untuk bangkit.
Konsep kedua adalah potensial. Maslows berkata, potensial digunakan untuk memenuhi hasrat/keinginan kita, membuat diri kita seutuhnya, dan membuatnya menjadi nyata secara visual mewujudkan potensinya. Kecenderungan adalah keinginan untuk menjadi lebih dan lebih apa yang ingin dilakukan atau untuk menjadikan semuanya mampu.
Apa yang dapat dicapai seseorang, maka dia harus melakukannya. Dan disini kita membutuhkan apa yang kita sebut dengan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah kebutuhan, setelah kita melakukan semua kegiatan kita perlu mengisi diri kita kembali dengan aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah derajat masalah dan frekuensi dari semua pekerjaan. Seseorang membutuhkan psikologi, rasa aman,dll.
Maslow percaya bahwa selain mengerti akan aktualisasi diri, kita juga harus mempunyai pengalaman untuk diri kita sendiri. Karakteristik dari aktualisasi diri adalah seseorang yang aktual dan puncak pengalamannya. Kita bisa berada pada puncak pengalaman atau tidak tegantung pada kehidupan kita. Itulah aktualisasi diri.
Maslow mengatakan bahwa puncak pengalaman adalah merasakan ketika membuat keputusan. Rasa itu akan menjadi kekuatan yang besar dari tempat dan waktu yang kosong dan membantu.
Motivasi:
Menurut McDougall, motivasi bersumber dari naluri yang terdalam diri manusia. Secara langsung maupun tidak langsung, tindakan manusia ditentukan oleh unsur naluriahnya. sedangkan menurut Freud, sifat dasar naluriah (instinct) manusia berasal dari energi atau potensi seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga naluri manusia juga mempunyai obyek atau sasaran. Dalam rangka mencapai obyek itulah maka manusia dikatakan mempunyai tujuan. Perlu diketahui bahwa obyek yang dimaksud tidaklah harus berada diluar diri manusia, tetapi bisa berada dalam diri manusia itu sendiri. Naluri itu sendiri juga mempunyai sumber yang disebut sebagai proses dibawah sadar dari organ atau tubuh manusia.
Ada 4 teori motivasi:
Teori naluri
Kita termotivasi oleh pola kegiatan yang sudah ada yang tidak dipelajari. Contoh: kita makan ketika kita merasa lapar
Drive-Reduction Teory
Teori ini lebih baik diaplikasikan pada manusia. Ketidakcocokan dengan kebutuhan psikologi seperti kebutuhan makn, minum, dll yang membangun psikologi untuk menggerakkan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Contoh: kita memenuhi kebutuhan akan makanan dengan makan.
Arousal Theory
Teori rangsangan (Incentive theory)
Dimana rangsangan dapat memotivasi seseorang. Contoh: ketika kita mencium harum bau masakan maka kita merasa lapar.
Hirarki kebutuhan menurut Maslow:
Pada tahun 1950-an ada seorang psikolog Amerika terkenal, Abraham Maslow yang mengadakan penilitan tentang pemahaman sifat-sifat dasar manusia.
Tingkat kebutuhan manusia dapat dilihat oleh seberapa pentingnya kebutuhan itu untuk kelanjutan hidupnya.
Mencoba untuk menjelaskan apa motivasi manusia
Tunjukan seberapa prioritas satu kebutuhan dengan kebutuhan lainnya.
Tingkat kebutuhan menurut Maslow:
Kebutuhan fisologis
(lapar,haus,dan kebutuhan ragawi lainnya)

Kebutuhan keamanan
(keselamatan,perlindungan fisik dan emosional)

Kebutuhan sosial
(kebutuhan akan adanya interaksi dengan orang lain seperti keluarga,teman)

Kebutuhan penghargaan
(internal: prestasi,harga diri. Ekternal: pengakuan,status )

Aktualisasi diri
(pengakuan akan potensi yang dimilki seperti pengetahuan,keterampilan)
Setiap orang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan per tahap. Dan rasa kepuasan ketika mencapai itu berbeda-beda setiap tahapnya. Ketika orang tersebut sudah puas dalam pemenuhan kebutuhan maka kebutuhan akan selalu naik tahapnya sampai pada tahap yang terakhir yaitu aktualisasi diri. Dan setiap orang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap tingkatannya. Hal itu terjadi karena adanya pengaruh status sosial, ekonomi, pekerjaan dan lain-lain.contoh: tingkat kebutuhan mahasiswa dengan seorang karyawan akan berbeda.
Selanjutnya Maslow membagi tingkat kebutuhan tersebut menjadi 2:
Kebutuhan tingkat rendah
Meliputi kebutuhan fisiologis dan keamanan.

Kebutuhan tingkat tinggi
Meliputi kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Pembagian ini didasarkan pada cara pemenuhan kebutuhan dimana pada kebutuhan tingkat rendah kita bisa memenuhinya tanpa bantuan orang lain. Sedangkan pada kebutuhan tingkat tinggi kita membutuhkan peranan orang lain untuk memenuhi kebutuhan tersebut (adanya kontak dengan orang lain)
Understanding Stress:
Ini adalah model untuk membantu orang memahami faktor yang membuat mereka stres. Dan bagaiman faktor itu bekerja sehingga dapat membantu untuk mengatasi stres:
Dietary Influence:
Directly call as stress respon.kita seperti roket, terbang dan kembali. Kita mengeliminasi gula,fast food,dll.
Lifesyle Influence:
Jangan menjadi pereaksi tetapi jadilah proaktif.
Cognitive Filter
Untuk menggambarkan persepsi seseorang. Contoh: agama,dll.
Nutritional Gap
Tubuh kita membutuhkan vitamin B,C,E.F.
Toxic Influence
Created in stress response.
Manajemen Stres:
Beberapa tahap untuk dapat memanajemen stres:
Mengidentifikasi apakah kita sedang mengalami stres atau tidak.
Setiap orang mempunyai cara unik tersendiri dan berbeda dengan yang lain untuk bereaksi terhadap stess, baik itu secara fisik ataupun mental.
Melihat bentuk stres.
Ciri-ciri umum bentuk stres:
Psysical environment
Hubungan sosial
Keuangan
Live events
psikologi
Mengidentifikasi alasan terjadinya stres (penyebab stres).
Biasanya stres terjadi karena perubahan sehingga kita harus memahami reaksinya karena secara fisik atau mental kita tidak dapat mengatakannya kepada orang lain. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi stres:
Atur pernapasan
Meditasi
Berpikir nyata
Pijat
Olahraga
Humor
Beribadah
Manajemen stres berarti tentang membuat perubahan dari biasanya oleh karena itu membutuhkan banyak waktu. Sehingga kita membutuhkan
Waktu tidur malam yang baik (cukup).
Mengurangi obat, rokok, dan alkohol.
Menjaga kesehatan .
Menjaga pikiran (berpikir positif).
Matematika sebagai fenomena
Matematika dapat dipandang sebagai fenomena. Ketika kita menerima matematika dalam keadaan siap maka kita akan menganggap matematika sebagai hiburan tetapi ketika tidak siap maka kita akan menganggap matemtika seperti bencana.
Reference:
http://marsigitpsiko.blogspot.com/2008_12_01_archive.html
http://mellyirzal.blogspot.com/2010/03/hakikat-matematika-sekolah.html
http://powermathematics.blogspot.com/
http://ratna-ayu.blogspot.com/2010/01/paradigma-baru-dalam-pendidikan.html
http://techonly13.wordpress.com/2009/07/04/proses-belajar-matematika-dan-hakekat-matematika/

Riana Sinta Dewi
09313244022
Pend. Matematika Internasional '09