Nama :
Riana Sinta Dewi
NIM :
09313244022
"
Ethnomatematika dan Pendidikan Karakter dalam Pendidikan Matematika"
Seiring
berjalannya waktu, kita telah memasuki era globalisasi seperti saat ini dimana jarak
bukanlah menjadi sebuah kendala lagi. Perkembangan dan perubahan pada berbagai
aspek terjadi begitu cepat, termasuk pada aspek ilmu pengetahuan, teknologi,
maupun sosial budaya. Ilmu pengetahuan
Pengertian karakter menurut Pusat
Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter
adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”. Menurut
Tadkiroatun Musfiroh (UNY, 2008), karakter mengacu kepada serangkaian sikap
(attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan
(skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan
perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang
yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter
mulia .
Karakter merupakan nilai-nilai
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata
krama, budaya, dan adat istiadat.
Adapun jika dilihat dari sejarah
berdirinya bangsa Indonesia maka pilar sejarah terbentuknya bangsa Indonesia
adalah
1. Kekuasaan, hal
itu terlihat dari banyaknya kerajaan yang berdiri di Nusantara ini pada
jamannya. Dan sekarang kekuasaan tersebut identik dengan partai politik.
2. Perdagangan,
Indonesia sudah menjadi bangsa yang kaya akan perdagangan sejak dahulu kala.
Dan sekarang hal itu mengindikasikan kekuatan ekonomi.
3.
Teknologi
yang merupakan kekuatan industri.
Pendidikan
yang ada di Indonesia juga ditentukan oleh ketiga unsur tersebut yaitu
kekuasaan, ekonomi, dan teknologi.
Sedangkan menurut Pak Marsigit dalam
perkuliahannya, karakter adalah dari siapa dan untuk siapa.
Pendidikan
karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran
atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik
terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun
kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi
kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan
atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas
atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan
ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.[Akhmad Sudrajat.2010]
Menurut David Elkind & Freddy
Sweet Ph.D. (2004), pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut: “character
education is the deliberate effort to help people understand, care about, and
act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want
for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is
right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be
right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.
Pendidikan
karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
pada setiap mata pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai
karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari
di masyarakat. [Akhmad Sudrajat.2010]
Pendidikan karakter bertujuan untuk
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah
pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Oleh karena itu pendidikan karakter
juga dibutuhkan dalam pendidikan matematika. Ethnomatematika yang merupakan sebuah studi yang mengkaji hubungan
matematika dan ethnic (budaya). Dan sebagaimana kita ketahui bahwa banyak
sekali nilai – nilai budaya bangsa yang syarat akan pendidikan karakter yang
baik seperti gotong royong. Ethnomatematika sendiri adalah sebuah karakter. Hal
itu terlihat dari pembagian matematika. Ada yang bebas value atau lebih dikenal
dengan absolut mathematics , pure mathematics, atau formal mathematics. Dan ada
matematika yang mempunyai value, yang sesuai dengan teori socio-constructivism
Paul Ernest atau sekarang dikenal dengan matematika sekolah.
Ethnomatematika
dapat diintegrasikan pada semua subjek dan dengan berbagai cara. Termasuk dan
geometri dan aljabar apad tingkat dasar. Kita dapat mengimplementasikan
ethnomatematika pada pembelajaran seperti pada RPP, students worksheet, alat
peraga yang mempunyai unsur ethnomatematika.
Demikian
juga dengan pendidikan karakter. Kita dapat mengintegrasikan pendidikan
karakter pada semua subjek dan dengan berbagai cara. Kita dapat memasukkan
pendidikan karakter dalam proses pembelajaran seperti bekerja kelompok atau
diskusi, presentasi dll. Oleh karena itu dalam pendidikan karakter dapat
terlihat pada RPP yang dipergunakan.
Berikut
ini contoh RPP yang memuat unsur ethnomatematika dan pendidikan karakter di
dalamnya.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama
Sekolah : SMP Negeri 1 Godean
Mata Pelajaran :
Matematika
Kelas, Semester :
VIII, 2
Alokasi
Waktu : 20 menit
A. Standar Kompetensi :
Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya.
B. Kompetensi Dasar :
Menghitung
luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
C. Indikator :
1.
Kognitif
Siswa dapat menentukan luas permukaan
kubus.
2.
Afektif
Karakter
yang diharapkan:
-
Dapat
dipercaya
-
Menghargai
-
Tanggung
jawab individu
-
Tanggung
jawab sosial
-
Adil
-
Peduli
3.
Keterampilan Sosial
Karakter
yang diharapkan:
-
Bertanya
-
Memberikan
ide atau pendapat
-
Menjadi
pendengar yang baik
-
Kerjasama
D. Tujuan Pembelajaran:
1.
Kognitif
Siswa dapat menemukan rumus luas permukaan
kubus berdasarkan etnik, historical, dan kebudayaan di Candi Borobudur dengan
alas Candi Borobudur yang berbentuk kubus sebagai modelnya.
2.
Afektif
Proses belajar
mengajar berpusat pada peserta didik, dan peserta didik diberi kesempatan melakukan
penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter.
·
Dalam proses
pembelajaran peserta didik berlatih karakter dapat dipercaya ,diantaranya : jujur, mampu
mengikuti komitmen, melaksanakan tugas yang diberikan, menjadi teman yang baik
dan membantu orang lain.
·
Dalam proses
pembelajaran peserta didik berlatih karakter menghargai , diantaranya: peserta didik memperlakukan teman/guru dengan baik, sopan dan hormat,
peka terhadap perasaan orang lain, tidak pernah menghina atau mempermainkan teman/guru,
tidak pernah mempermalukan teman/guru.
·
Dalam proses
pembelajaran peserta didik berlatih karakter tanggung jawab individu, diantaranya: mengerjakan tugas yang diberikan, dapat
dipercaya/diandalkan, tidak pernah membuat alasan atau menyalahkan orang
lain atas perbuatannya.
·
Dalam proses
pembelajaran peserta didik berlatih karakter tanggung jawab sosial, diantaranya: mengerjakan tugas kelompok untuk kepentingan
bersama, secara suka rela membantu teman/guru.
·
Dalam proses
pembelajaran peserta didik berlatih karakter adil, diantaranya: tidak pernah curang, tidak menyontek hasil kerja
peserta didik/kelompok lain, bermain/berbuat berdasarkan aturan, tidak
pernah mengambil keuntungan dari yang lain.
·
Dalam proses
pembelajaran peserta didik berlatih karakter peduli , diantaranya:
peka terhadap perasaan orang lain, mencoba untuk membantu teman/guru yang membutuhkan.
3.
Keterampilan Sosial
Proses belajar
mengajar berpusat pada peserta didik, dan peserta didik diberi kesempatan melakukan
penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter.
§
Dalam proses
pembelajaran di kelas, diskusi kelompok/kelas, peserta didik berani bertanya apabila ada hal yang kurang
dipahami.
§
Dalam diskusi
kelompok/kelas, peserta didik aktif memberikan ide atau pendapat .
§
Dalam proses
pembelajaran di kelas, peserta didik dapat menjadi pendengar yang baik.
§
Dalam diskusi
kelompok, peserta didik dapat bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas kelompok.
E. Materi Pembelajaran
Candi Borobudur secara keseluruhan
terlihat sangat istimewa, baik dalam hal ukuran, tehnik penyusunan batu, maupun
dari segi pemahatan relief dalam hal kwalitas maupun kwantitas, pemilihan jenis
cerita, arca-arcanya dan sebagainya. Candi berdenah bujur sangkar dan secara
keseluruhan berukuran 123 x 123 meter, tinggi asli (dengan chattra, yaitu
bagian atas chaitya puncak) 42 m, tanpa chattra menjadi 31 meter.
Candi terdiri atas 10 tingkatan, 6
tingkat di bawah berdenah bujur sangkar dengan catatan ukuran makin ke atas
makin kecil, dan tingkat 7,8,9, berdenah hampir bundar, diakhiri oleh stupa
puncak yang besar. Secara keseluruhan candi Borobudur berbentuk stupa, tetapi
mempunyai struktur berundak teras.
Candi borobur pada bagian bawah jika
dilihat dari atas berbentuk seperti kubus dengan catatan tidak mengerucut.
Luas
permukaan kubus.
Luas
permukaan (L) kubus dengan panjang rusuk s
adalah L= 6s2
F.
Metode
Pembelajaran
Pendekatan
materi : Kontekstual
Metode
pembelajaran : LKS, diskusi, tanya jawab
G.
Media
Pembelajaran
Papan
tulis, contoh benda yang berbentuk kubus dan balok.
H.
Kegiatan
Pembelajaran
a. Kegiatan
awal (5 menit)
·
Membuka pelajaran dengan salam dan
berdoa bersama.
Apersepsi:
·
Siswa memberikan contoh-contoh benda
riil dan ethnik yang ada di sekitar lingkungan sehari-hari siswa yang berkaitan
dengan luas permukaan kubus.
b. Kegiatan
inti (15 menit)
·
Siswa membentuk beberapa kelompok,
dimana setiap kelompok terdiri dari 3 orang.
·
Siswa berkumpul dengan kelompoknya dan
mendiskusikan konstruksi dasar Candi Borobudur.
·
Setelah siswa menemukan konstruksi dasar
Candi Borobudur, siswa mendiskusikan cara menemukan luas permukaannya.
·
Siswa menulis hasil diskusinya dalam
kertas besar yang diberikan guru untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
·
Kelompok yang presentasi dipilih secara
acak melalui undian.
c. Kegiatan
penutup (5 menit)
·
Siswa membuat kesimpulan tentang luas
permukaan kubus dan aplikasinya dalam konstruksi dasar Candi Borobudur.
·
Menutup pembelajaran dengan berdoa.
I.
Sumber
-
Endah Budi Rahayu, Dkk. 2008. Contextual Teaching and Leraning, Matematika
Sekolah Menengah Pertama Kelas VII . Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. ( hal 172 – hal 203)
-
Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. 2008. Matematika, Konsep dan Aplikasinya 2.
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ( hal 208 – hal 222 )
-
Nuniek Avianti Agus. 2008. Mudah Belajar Matematika. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ( hal 183 – hal 1
J.
Penilaian
1. Teknik : tes tulis dan lisan
2. Bentuk
instrument : Presentasi kelompok
REFERENSI:
Catatan perkuliahan Ethnomathematics tanggal
29 Mei 2012 yang disampaikan oleh Dr.Marsigit,MA.