Nama : Riana Sinta Dewi
NIM : 09313244022
“Peran Ethnomatematika dalam
Pembelajaran Matematika”
In 1985 Ubiratan D'Ambrosio defined Ethnomathemtics as the maths practised among cultural
groups such as national-tribal societies, labour groups, children of a certain
age bracket, professional classes and so on".
In First
International Congress on Ethnomathematics will be held in Granada (Spain) from
2 to 5 September of 1998 with the article Ethnomathematics: an absolutely essential
key for Mathematics Education. Of course, "the
way of doing" mathematics, which means the way of teaching and
learning it, cannot be reduced unique and universal at least in the very early
elementary levels of learning mathematics. In this stage there is no difference
between "using mathematics" and "doing
mathematics", infact what we do in the early elementary levels of mathematical education
is to explain and to understand in a mathematical language those
simple operations which we use to manage the every-day-live: counting,
estimating, calculating etc. Needless to say how native
algorithms to perform these operations are culturally-dependent
and, therefore, are different. That is why the (Ethno) -Mathematics
becomes absolutely essential for mathematics education.
We can easily find
many reasons to integrate the common event of mathematics in the curriculum,
therefore we can conclude that it is with significant value and practical
implications in respect to the cultural differences between different races and
we can explore their mathematical thinking.
China
has a long history of culture and tradition from which we can find lots of
contents to integrate into the mathematics curriculum. We can also provide good
materials for mathematics curriculum after the mathematical knowledge and
cultural connotations involved are carefully excavated (Zhang, 2007). Because
of the different historical origins of different national cultures, the methods
to estimate the endless roots in different cultures are quite flexible. Trying
to introduce and comment on these diverse solving methods in the history from
the viewpoint of multicultural mathematics, we can enrich the contents,
increase the fun and reflect diversity while preparing the new mathematics
textbooks to enhance students’ desire to explore the mathematical theories
involved.
What’s
more, mathematics in different cultures can also be shown to students to give
them a rich background knowledge, which will help them share the results
created by people of all ethnic groups, admire mathematical achievements with
different mathematics cultural tradition and understand how calculating tools
influence mathematics and people’s daily life. Then the aims of mathematics
education under the multicultural viewpoint may be finally reached (Fu &
Zhang, 2005).
Ethnomathematics can be
integrated in any subject and in any way. Geometry, Algebra and even in the
elementary. We can implementation ethnomathematics in teaching
learning for example we can make lesson plan, student worksheet, and teaching
aids based on ethnomathematics. Here there is example of lesson plan based on
ethnomathematics in Indonesian.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama
Sekolah : SMP Negeri 1 Godean
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas, Semester :
VIII, 2
Alokasi
Waktu : 20 menit
A. Standar Kompetensi :
Memahami
sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya, serta menentukan
ukurannya.
B. Kompetensi Dasar :
Menghitung
luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.
C. Indikator :
Menentukan luas permukaan dan kubus.
D. Tujuan Pembelajaran:
Siswa
dapat menemukan rumus luas permukaan kubus berdasarkan etnik, historical, dan
kebudayaan di Candi Borobudur dengan alas Candi Borobudur yang berbentuk kubus
sebagai modelnya.
E. Materi Pembelajaran
Candi Borobudur secara keseluruhan terlihat
sangat istimewa, baik dalam hal ukuran, tehnik penyusunan batu, maupun dari
segi pemahatan relief dalam hal kwalitas maupun kwantitas, pemilihan jenis
cerita, arca-arcanya dan sebagainya. Candi berdenah bujur sangkar dan secara
keseluruhan berukuran 123 x 123 meter, tinggi asli (dengan chattra, yaitu
bagian atas chaitya puncak) 42 m, tanpa chattra menjadi 31 meter.
Candi terdiri atas 10 tingkatan, 6
tingkat di bawah berdenah bujur sangkar dengan catatan ukuran makin ke atas
makin kecil, dan tingkat 7,8,9, berdenah hampir bundar, diakhiri oleh stupa
puncak yang besar. Secara keseluruhan candi Borobudur berbentuk stupa, tetapi
mempunyai struktur berundak teras.
Candi borobur pada bagian bawah jika
dilihat dari atas berbentuk seperti kubus dengan catatan tidak mengerucut.
Luas
permukaan kubus.
Luas permukaan (L) kubus dengan panjang rusuk s adalah L= 6s2
F.
Metode
Pembelajaran
Pendekatan
materi : Kontekstual
Metode
pembelajaran : LKS, diskusi, tanya jawab
G.
Media
Pembelajaran
Papan
tulis, contoh benda yang berbentuk kubus dan balok.
H.
Kegiatan
Pembelajaran
a. Kegiatan
awal (5 menit)
·
Membuka pelajaran dengan salam dan
berdoa bersama.
Appersepsi:
·
Siswa memberikan contoh-contoh benda
riil dan ethnik yang ada di sekitar lingkungan sehari-hari siswa yang berkaitan
dengan luas permukaan kubus.
b. Kegiatan
inti (15 menit)
·
Siswa membentuk beberapa kelompok,
dimana setiap kelompok terdiri dari 3 orang.
·
Siswa berkumpul dengan kelompoknya dan
mendiskusikan konstruksi dasar Candi Borobudur.
·
Setelah siswa menemukan konstruksi dasar
Candi Borobudur, siswa mendiskusikan cara menemukan luas permukaannya.
·
Siswa menulis hasil diskusinya dalam
kertas besar yang diberikan guru untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
·
Kelompok yang presentasi dipilih secara
acak melalui undian.
c. Kegiatan
penutup (5 menit)
·
Siswa membuat kesimpulan tentang luas
permukaan kubus dan aplikasinya dalam konstruksi dasar Candi Borobudur.
·
Menutup pembelajaran dengan berdoa.
I.
Sumber
-
Endah Budi Rahayu, Dkk. 2008. Contextual Teaching and Leraning, Matematika
Sekolah Menengah Pertama Kelas VII . Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. ( hal 172 – hal 203)
-
Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. 2008. Matematika, Konsep dan Aplikasinya 2.
Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ( hal 208 – hal 222 )
-
Nuniek Avianti Agus. 2008. Mudah Belajar Matematika. Jakarta :
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. ( hal 183 – hal 191 )
J.
Penilaian
1. Teknik :
tes tulis dan lisan
2.
Bentuk instrument : Presentasi
kelompok
REFERENCES:
Weizhong Zhang, Qinqiong Zhang. 2010. Ethnomathematics
and Its Integration within the Mathematics Curriculum. Journal of
Mathematics Education Vol. 3, No.
1, pp.151-157
_ .
1998. Ethnomathematics:
an absolutely essential key for Mathematics Education. Granada
(Spain) : First International Congress on Ethnomathematics
No comments:
Post a Comment